SELAMAT BERKUNJUNG DI MTAKERUBUN'BLOG | SEMOGA BERMANFAAT | TERIMA KASIH

Rabu, 11 Juli 2012

Ibu dan Waktu


Menjadi seorang istri dan sekaligus seorang ibu memang berat. Tak hanya waktu  luang untuk diri sendiri yang harus dikikis sekian persen demi kepentingan keluarga,
namun juga porsi pencerdasan diri yang sepertinya lambat laun mengalami  degradasi. Akibat sibuknya mengurus rumah tangga kah? Begitu kira-kira yang
menjadi alasan sebagian wanita.  

Saya menemui banyak teman wanita yang sudah menikah, yang mengeluhkan hal-  hal di atas. Mereka mengatakan bahwa banyak dari waktu mereka tersita untuk
hanya mengurusi pernak-pernik rumah tangga, dari mulai urusan dapur, cuci-  mencuci, membereskan rumah, melayani suami, dan menjaga anak hingga tertidur
sampai larut malam. Tenaga dan pikiran sudah pasti terkuras. Dan ujungnya,  pemaafan yang seringkali jadi senjata andalan untuk tidak lagi rajin membaca buku,
perbanyak tilawah, dan melakukan ibadah sunnah lainnya.  

Padahal menjadi seorang ibu dan istri membutuhkan kekuatan, tidak hanya dalam  hal kekuatan fisik. Seorang ibu yang memiliki wawasan yang luas, akan menjadi
'sekolah' abadi bagi anak-anaknya kelak, dan kesalihahannya akan membentuk  mereka menjadi seorang yang penuh dengan keimanan. Seorang istri yang memiliki
kecerdasan, pastinya akan menjadi teman bicara dan bercurah hati yang sangat  menyenangkan bagi suami. Pun ibadahnya yang terjaga, akan menjadikan suami
bertambah sayang serta termotivasi untuk saling meningkatkan kualitas diri.  

Masalahnya sekarang adalah pada keterampilan diri masing-masing wanita untuk  memanajemen seluruh aktivitasnya. Sehingga tak lagi ada alasan 'tak ada waktu'
atau 'tidak sempat'. Tidak ada seorang ibu dan istri yang sempurna, namun kita  semua bisa berusaha untuk mengoptimalkan tenaga yang ada, untuk tetap
menjadikan diri ini 'berseri' tak hanya dari luarnya saja.  

Saya mengenal seorang ibu muda yang telah memiliki empat orang anak. Usianya  sendiri mungkin sekitar tiga puluhan. Ia seorang penulis yang cukup produktif, dan
bahkan baru-baru ini telah mengeluarkan lagi buku terbarunya. Saya langsung  tertarik untuk bertanya mengenai kiat-kiatnya dalam meluangkan waktu untuk
menulis, sedangkan tiga orang anaknya telah sekolah. Saya membayangkan, betapa  repotnya ia harus membagi waktunya untuk mereka. Salah satu kiat yang saya
dapatkan adalah, menulis di waktu pagi hari sekitar pukul delapan hingga sebelas  siang. Saat itu, ketiga anaknya sedang berada di sekolah, dan suami berada di
kantor, hingga ia punya cukup waktu untuk menyicil menyelesaikan naskah. Wah,  kalau begitu, tak ada 'istirahat pagi' atau 'tidur siang' dong?! Begitu pikir saya
seketika. Namun jawabnya, "Sambil menunggu mereka pulang, waktu yang ada  musti dimanfaatkan sebaik-baiknya."  

Berusaha menjadi mandiri untuk memenuhi kebutuhan pribadi, memang tak salah.  Apalagi bila diri kita sanggup untuk membagi waktu sedemikian rupa hingga tak ada
prioritas yang dikorbankan.  

Kemudian bila hari telah siang dan kesemua anak telah berkumpul, sempatkan diri  untuk menyebarkan perhatian dan kasih sayang itu kepada mereka. Yang kecil
mungkin akan tertidur hingga sore tiba, dan mereka yang sudah sibuk dengan  urusan sekolah dapat berkumpul bersama bunda-nya, menceritakan kejadian-
kejadian apa yang dialami di sekolah, sampai urusan menyelesaikan pekerjaan  rumah.  



Ketika tiba waktu sore, kita bisa membebaskan mereka untuk bermain sebentar, dan  mengajak adiknya yang kecil bersama bila memungkinkan, sementara kita
menyiapkan diri untuk memasak makan malam dan menyambut suami. Bersihkan  dan percantik diri, itu penting. Dengan tubuh yang segar, keletihan yang mungkin
sudah menyerang sejak siang setidaknya bisa terobati sedikit. Bersantai sejenak  sambil membaca buku, bisa juga dijadikan pilihan aktivitas untuk rehat.  

Menjelang maghrib, ajak anak-anak untuk berkumpul sambil membaca doa-doa  harian. Mungkin mereka juga akan sangat senang bila sang bunda berkenan
membacakan cerita-cerita perjuangan para Nabi dan Sahabat, atau cerita penuh  hikmah lainnya. Tentu hal ini pun bisa dilakukan menjelang mereka tidur. Bercerita
atau mendongeng adalah salah satu bentuk komunikasi dan pembelajaran efektif  untuk anak.  

Dan ketika suami telah pulang, alangkah indahnya bila seluruh anggota keluarga  dapat menunaikan shalat berjamaah, dilanjutkan dengan makan malam bersama.  

Sungguh, tak mudah menjadi seorang istri dan ibu, dan rasanya mustahil untuk  mewujudkan mimpi menjadi 'super mom' atau 'super wife'. Sekian aktivitas yang
dipaparkan di atas tentunya akan menemui berbagai kendala, sesuai dengan kondisi  masing-masing yang berbeda. Tetapi, tetap optimis dan berusaha untuk melakukan
yang terbaik, juga suatu hal yang patut diperjuangkan. Bukankah kesibukan di  rumah adalah salah satu bentuk jihad bagi kaum wanita?  

Maka, bersemangatlah! Jangan jadikan peran mulia ini sebagai momen di mana kita  biarkan degradasi keimanan menjadi godaan. Sambil menunggunya (mereka)
pulang, tetapkan hati kita untuk tetap bisa meningkatkan kualitas diri! 

Ditulis Oleh : Takerubun

Christian angkouw Anda sedang membaca artikel tentang Ibu dan Waktu. Oleh MTakerubun, Blogger asal Evav Maluku Tenggara. Semoga artikel ini bermanfaat. Anda diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini tapi jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya

:: MTakerubun ! ::

Comments
0 Comments