Layaklah
hari ini semakin terang
Karena
malam tak lagi ingin datang
Tak lagi
ingin menghampiri
Setiap
insan yang ingin beristirahat menepi
Wajarlah
jika kau kini masam
Karena
hati kami lalai dalam hikmah
Tak peka
pada perasaan
Dan tak
dapat bersanding dengan cerita-cerita mu
Wajarlah
engkau muram dengan ini
Karena
kau sendiri telah letih berdiri
Telah
lama menyendiri
Dan ingin
berjuang untuk menengahi hati
Sudah
lama dawai ini terpetik
Tapi
kini, semakin kencang dia mengusik
Dan tak
tertahankan tangan memetik
Dawai
rapuh yang putus, terhentak, dan menukik
Pisau itu
telah tertancap tajam
Melukai
pribadi tulus, dan ikhlas
Seperti
dirimu yang berbalut pada iman
Dan tak
pernah terlukis untuk mendendam
Wahai,
dunia yang sesungguhnya fana ada di dalammu
Kau
jadikan kami saudara dalam keimanan dan IslamNya
Dan kini
kau berikan kami sedikit bumbu
Untuk
kembali bersimpuh dan duduk bersamaNya
Wahai,
jiwa yang penuh ketulusan di dalamnya
Jangan
kau sembunyikan hitam yang memang adanya
Agar kami
tak lagi kalap dengannya
Dan
menjadikannya sebagai hikmah dan pelajaran atasnya
Wahai
jiwa-jiwa yang ia cintai karena Tuhannya
Maka
marilah kita datangi hidupnya
Karena
dengan ini ia tak harus lagi papa
Karena
selalulah kita yang ada untuknya
Biarkan
siang dan malam ini berlalu
Kami
tunggu dirimu dalam haru
Sebagai
jiwa yang selalu menjadi pemersatu
Dalam
setiap doa yang menjadi senjatamu
Sejauh
apapun bulan dan bintang
Mereka
hanyalah kiasan yang Tuhan berikan
Untuk
menjadi mengingat kala kita telah hilang
Dari
mimpi yang kita harapkan
Ditulis Oleh : Takerubun
Anda sedang membaca artikel tentang Jiwa – Jiwa Perindu. Oleh MTakerubun, Blogger asal Evav Maluku Tenggara. Semoga artikel ini bermanfaat. Anda diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini tapi jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya