Di Rumah Amalia seorang
ibu dengan bercucuran air mata merasakan kepedihan dihati menuturkan disaat
mata suaminya terpejam ia melihat air mata yang mengalir dari kedua mata
suaminya. Seingatnya didalam perjalanan hidup berumah tangga jarang sekali
suaminya menangis, itu adalah yang ketiga kalinya. Dua kali sebelumnya adalah
ketika anak satu-satunya yang masih balita meninggal dunia dan kedua disaat ia
keguguran yang harus dirawat di Rumah Sakit. Ia duduk di kasur mengusap kepala
sang suami, "Mas, hidup dan mati adalah urusan Allah, kita tidak pernah
tahu soal itu. Siapa yang menyangka anak kita lebih cepat dipanggil? Mungkin
besok malah aku yang dipanggil duluan harus menghadap Ilahi, yang penting kita
berserah diri kepada Allah."
Suaminya memeluk
tubuhnya, "Berat banget ya Ma, cobaan hidup ini buat kita." Air
matanya deras mengucur, ia memeluk suaminya dan ikut dalam tangisan. "Kamu
harus kuat Mas, kamu harus kuat..memohonlah pada Allah." Sebelah hatinya
tersayat kepedihan karena suaminya terguncang, terpuruk setelah tahu penyakit yang
dideritanya, tetapi disisi lain sebagai seorang istri bersyukur karena disaat
mereka terpuruk malah semakin mendekatkan diri kepada Allah, mendorong suaminya
agar tegar menatap realitas. Tetapi tak seiring dengan harapan, kondisi sang
suami tidak menjadi lebih baik, hari demi hari kondisi suaminya lebih memburuk
lagi, panasnya terus meningkat, semakin sulit makan, tepat seminggu di Rumah
Sakit panas tubuhnya meninggi melewati temperatur 40. Kondisi suaminya kian
melemah membuat tak sadarkan diri. Berbagai doa dipanjatkan, sentuhan kasih
sayang untuk menguatkan dilakukannya, sehari berikutnya siuman. Senyum menghias
diwajah suaminya, membisikkan kata-kata lirih ditelinga, "Istriku, kita
masih punya Allah." Dihadapannya sang suami mengucap dua kalimat syahadat
sebelum menghembuskan napas terakhir. Suster memakai alat pemicu jantung tapi
suaminya tetap tak tertolong, telah berpulang kehadapan Sang Khaliq. Air
matanya mengalir deras, melepas kepergian suami yang dicintainya. Semua menjadi
tinggal kenangan.
Ditulis Oleh : Takerubun
Anda sedang membaca artikel tentang Istriku, Kita Masih Punya Allah. Oleh MTakerubun, Blogger asal Evav Maluku Tenggara. Semoga artikel ini bermanfaat. Anda diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini tapi jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya